Pada sore Rabu 11 Mei 2016, agenda 'mendadak' Presiden Jokowi, mengubah peta suasana bagi kami jurnalis Istana. Agenda mendadak, memang bukan barang baru semasa Presiden Joko Widodo. Hanya kadar urgensinya saja yang berbeda-beda.
Rabu itu, sebenarnya agenda Presiden hanya menerima beberapa tamu dan rapat kabinet terbatas (ratas). Itu pun, ratas yang dilakukan tidak sampai sore, selesai siang.
"Agak santai kita hari ini," kata salah seorang jurnalis dengan wajah sumringah. Bahkan seorang jurnalis online, sudah diminta oleh korlip (koordinator liputan) nya untuk mengambil agenda lain di luar Istana sore harinya. Itu karena agenda Jokowi berakhir siang hari.
Namun, suasana santai di sore hari pada Rabu itu, mendadak berubah drastis. Sekitar pukul 16.00 sore, tiba-tiba seorang staf Biro Pers Istana menghampiri ke Bioskop (sebutan untuk presroom Istana).
"Pak Jokowi mau konpres (konferensi pers)," kata perempuan itu, lalu meminta kami untuk bersegera ke Istana Merdeka.
Beberapa wartawan yang awalnya santai di Bioskop, terlihat tergesa-gesa menuju Istana Merdeka. Tentu yang paling repot, adalah teman-teman jurnalis televisi. Karena selain membawa kamera dan berbagai peralatannya, beberapa juga nampak membawa peralatan untuk siaran langsung.
Pasukan Pengamanan Presiden atau Paspampres, juga terlihat meminta kami untuk lebih cepat lagi.
"Pak Jokowi mau ngomong apa ya?" tanya teman jurnalis.
"Mungkin soal PKI kali," jawab seorang lainnya.
Memang masalah komunis, selain persoalan kejahatan seksual terhadap anak, menjadi hot topic pemberitaan pekan-pekan ini.
Kami, termasuk saya, menjadi penasaran. Segenting inikah kalau hanya membahas soal PKI? 'Bukan tipe Pak Jokowi yang reaktif menanggapi persoalan yang menuai pro dan kontra di masyarakat', gerutuku.
Dua smartphone di tangan, langsung ku utak atik. Mencari tahu, apa yang terjadi.
"Katanya 4 WNI yang disandera sudah dibebaskan ya?," tulis seorang jurnalis di grup WA wartawan.
Seketika itu juga, fokus pikiran sudah mengarah ke 4 WNI itu. Ya, tentu logis. Sebab, ini menjadi penting diumumkan oleh Jokowi ketimbang hanya memberi statement soal PKI.
Kondisi itu diperkuat, dengan kehadiran mobil RI-22 yang merupakan plat kendaraan dinas Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. Atas indikasi-indikasi itu, kami berkesimpulan ini memang soal 4 WNI. Walau tetap terbesit keraguan lain, sebab itulah Jokowi selalu memberi kejutan-kejutan bagi kami yang ditugaskan menjadi jurnalis Istana.
Hingga kami masuk di ruang Credential Istana Merdeka, diskusi soal duga menduga, tetap berlangsung. Hingga memang membuat ruangan itu sedikit riuh.
Beberapa menit berselang, Jokowi menuju podium yang telah disediakan dan didampingi Menlu Retno dan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo.
"Alhamdulilah puji syukur pada Allah SWT, akhirnya 4 WNI yang disandera oleh kelompok bersenjata sejak tanggal 15 Maret 2016 yang lalu sudah dapat dibebaskan. Ke 4 WNI tersebut dalam keadaan baik, dan pembebasan sandera ini berhasil melalui kerja sama yang baik antara pemerintah Indonesia dan pemerintah Filipina," Jokowi dalam keterangan persnya.
"Saat ini keempat sandera sudah berada di tangan otoritas Filipina. Dan akan segera diserah terima ke Indonesia. Saya mengucapkan terimakasih kepada pemerintah Filipina yang telah memberikan kerjasama yang sangat baik, dalam dua kali pembebasan WNI kita dan saya bersyukur bahwa inisiatif Indonesia dalam penyelenggaraan triliateral (Indonesia-Filipina-Malaysia) di Yogyakarta 5 Mei lalu membuahkan hasil. Dan operasinya ini adalah salah satu hasil implementasi pertemuan itu . Terimakasih,".
Kerja yang awalnya kami duga bisa lebih santai, ternyata harus kembali bersibuk ria. Apalagi, tiba-tiba pihak Istana menyediakan dua kendaraan mobil untuk mengikuti Presiden.
"Mau jemput sandera ya katanya?" riuh dugaan kami. Walau ternyata, ini untuk inspeksi mendadak Terminal 3 Ultimate Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Untuk kisah ini, kita ceritakan pada lembaran yang berikutnya ya kawan..
Fastabiqul khairot
(Agusmbojo)
Rabu itu, sebenarnya agenda Presiden hanya menerima beberapa tamu dan rapat kabinet terbatas (ratas). Itu pun, ratas yang dilakukan tidak sampai sore, selesai siang.
"Agak santai kita hari ini," kata salah seorang jurnalis dengan wajah sumringah. Bahkan seorang jurnalis online, sudah diminta oleh korlip (koordinator liputan) nya untuk mengambil agenda lain di luar Istana sore harinya. Itu karena agenda Jokowi berakhir siang hari.
Namun, suasana santai di sore hari pada Rabu itu, mendadak berubah drastis. Sekitar pukul 16.00 sore, tiba-tiba seorang staf Biro Pers Istana menghampiri ke Bioskop (sebutan untuk presroom Istana).
"Pak Jokowi mau konpres (konferensi pers)," kata perempuan itu, lalu meminta kami untuk bersegera ke Istana Merdeka.
Beberapa wartawan yang awalnya santai di Bioskop, terlihat tergesa-gesa menuju Istana Merdeka. Tentu yang paling repot, adalah teman-teman jurnalis televisi. Karena selain membawa kamera dan berbagai peralatannya, beberapa juga nampak membawa peralatan untuk siaran langsung.
Pasukan Pengamanan Presiden atau Paspampres, juga terlihat meminta kami untuk lebih cepat lagi.
"Pak Jokowi mau ngomong apa ya?" tanya teman jurnalis.
"Mungkin soal PKI kali," jawab seorang lainnya.
Memang masalah komunis, selain persoalan kejahatan seksual terhadap anak, menjadi hot topic pemberitaan pekan-pekan ini.
Kami, termasuk saya, menjadi penasaran. Segenting inikah kalau hanya membahas soal PKI? 'Bukan tipe Pak Jokowi yang reaktif menanggapi persoalan yang menuai pro dan kontra di masyarakat', gerutuku.
Dua smartphone di tangan, langsung ku utak atik. Mencari tahu, apa yang terjadi.
"Katanya 4 WNI yang disandera sudah dibebaskan ya?," tulis seorang jurnalis di grup WA wartawan.
Seketika itu juga, fokus pikiran sudah mengarah ke 4 WNI itu. Ya, tentu logis. Sebab, ini menjadi penting diumumkan oleh Jokowi ketimbang hanya memberi statement soal PKI.
Kondisi itu diperkuat, dengan kehadiran mobil RI-22 yang merupakan plat kendaraan dinas Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. Atas indikasi-indikasi itu, kami berkesimpulan ini memang soal 4 WNI. Walau tetap terbesit keraguan lain, sebab itulah Jokowi selalu memberi kejutan-kejutan bagi kami yang ditugaskan menjadi jurnalis Istana.
Presiden Jokowi saat pengumuman pembebasan 4 WNI. Didampingi Menlu Retno dan Panglima TNI Jenderal Gatot (Foto by Biro Pers Istana) |
Beberapa menit berselang, Jokowi menuju podium yang telah disediakan dan didampingi Menlu Retno dan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo.
"Alhamdulilah puji syukur pada Allah SWT, akhirnya 4 WNI yang disandera oleh kelompok bersenjata sejak tanggal 15 Maret 2016 yang lalu sudah dapat dibebaskan. Ke 4 WNI tersebut dalam keadaan baik, dan pembebasan sandera ini berhasil melalui kerja sama yang baik antara pemerintah Indonesia dan pemerintah Filipina," Jokowi dalam keterangan persnya.
"Saat ini keempat sandera sudah berada di tangan otoritas Filipina. Dan akan segera diserah terima ke Indonesia. Saya mengucapkan terimakasih kepada pemerintah Filipina yang telah memberikan kerjasama yang sangat baik, dalam dua kali pembebasan WNI kita dan saya bersyukur bahwa inisiatif Indonesia dalam penyelenggaraan triliateral (Indonesia-Filipina-Malaysia) di Yogyakarta 5 Mei lalu membuahkan hasil. Dan operasinya ini adalah salah satu hasil implementasi pertemuan itu . Terimakasih,".
Kolaborasi apik Menlu-Panglima TNI dalam pembebasan 14 WNI (10 pertama dan 4 kedua). Salam bahagia, di Istana Merdeka (Foto by Biro Pers Istana) |
Kerja yang awalnya kami duga bisa lebih santai, ternyata harus kembali bersibuk ria. Apalagi, tiba-tiba pihak Istana menyediakan dua kendaraan mobil untuk mengikuti Presiden.
"Mau jemput sandera ya katanya?" riuh dugaan kami. Walau ternyata, ini untuk inspeksi mendadak Terminal 3 Ultimate Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Untuk kisah ini, kita ceritakan pada lembaran yang berikutnya ya kawan..
Fastabiqul khairot
(Agusmbojo)
Comments