Aku terdiam beberapa saat. Usai masinis kereta listrik Bogor-Jakarta itu mengumumkan sedang antri masuk Stasiun Manggarai.
Aku ingin membenarkan sadarku. Benarkah ini sadarku? Atau aku sedang bermimpi seperti sedia kalanya? Kupandangi lagi ke rak atas. Kosong. Tas besar warna hijau yang di Stasiun Citayam aku simpan, raib.
Seketika aku berdiri. Kembali menatap rak tepat di depan ku. Lagi-lagi tak berubah. Tas itu raib. Setelah napas kembali terkendali, sesaat itu ku berinteraksi.
"Lihat tas di atas ini," tanyaku ke perempuan paruh baya yang duduk di sebelah. Seketika yang lain bereaksi, berbisik dan sedikit heboh. Ada yang kemalingan. Begitu rasanya mereka bersikap. Aku menjadi pusat perhatian.
Dalam hati berharap, si maling belum turun. Secepat kilat ku telusuri gerbong-gerbong itu. Kiri dan kanan, atas dan bawah, setiap orang ku cermati. Setiap sudut ku tatap tajam. Tapi tak ada.
Petugas keamanan yang menjaga gerbong khusus, ku mintai tolong. Dia bereaksi cepat. Terimakasih mas petugas. Walau rasanya mustahil kembali. Saya respek atas sikapmu.
Di Stasiun Manggarai, aku melapor. Selayaknya di BAP.
Sejenak aku tertegun. Laptop itu. Bukan harganya. Tapi isi di dalamnya. Dejavu. Aku pernah merasa hal serupa. Dulu, usai ujian skripsi di kampus, dosen pembimbing meminta naskah itu diedit lagi. Hendak dicetak buku. Senang hatiku mendengarnya.
Setiap malam, pagi dan kapan saja ada waktu, ku buka lagi naskah itu. Ku cari lagi buku-buku referensinya. Aku sempat pulang kampung, lama tak melihatnya. Tapi ternyata, di sana musibahnya. Laptop berisi data-data tadi tak terselamatkan. Hilang sudah naskah yang hendak diberikan untuk mungkin menjadi sebuah buku.
Tak ku risaukan berapa rupiah kerugian. Tapi masih tak bisa terima data-data itu hilang lagi. Ada yang baru dimulai, ada yang sudah rampung tinggal dicetak. Termasuk naskah sejarah kampung kami. Ah sedih rasanya.
Kalau seandainya bisa memohon, izinkan data-data itu aku ambil dulu. Setelahnya silahkan ambil barangnya. Silahkan kuras isi dompetnya.
Ling, kamu tak butuh data-data itu kan? Balikin itu saja lah. Silahkan ambil semua yang lain. Lumayan buat hidup mu kalau kamu jualin semuanya.
Oh ya, di situ ada KTP ku, ID pers ku, dan identitaa yang lain. Kalau kamu lihat, tolong kabari ya. Aku akan berterima kasih padamu jika data-data itu kamu izinkan untuk aku ambil dulu. Setelahnya, aku tak akan persoalkan. Ini janjiku ling.
Comments